Totok Suharto

Totok Suharto

Rabu, 22 Agustus 2012

Mudik Antara Silaturakhmi dan Pamer Keberhasilan



Tradisi umat Islam di Indonesia yang paling spektakuler adalah mudik. Mudik dalam KBBI(2005)  bermakna berlayar,pergi. Dalam bahasa percakapan mudik berarti pulang kampung, maka orang-orang ketika mengikuti acara mudik menyiapkan segala perlengkapan baik di perjalanan maupun saat tiba di kampungnya. Dari sini akan terlihat apakah orang-orang yang diberi kesempatan bertemu sanak famili di kampung adalah orang sukses atau biasa-biasa saja. Untuk mengenali keberhasilan itu dapat dilihat kendaraan apa yang dipakai mobil keluaran terbaru apa sekedar kendaraan roda dua. Tak peduli mobil pribadi, berplat kantor(dinas), atau mobil rental sekalipun yang penting ada prestise dipuja-puji sanak saudara di kampung. Lalu, bagi yang bersepeda motor cukuplah dapat sedikit empati dari saudara.
Ada pergeseran nilai sungkeman, dulu seorang anak yang bersalaman kepada orang yang lebih tua berjongkok, menundukkan kepala sambil mencium kedua tangan orang yang disungkemi, sementara yang disungkemi setali tiga uang, tidak memposisikan diri untuk duduk di kursi malah berdiri, dengan demikian suasana sungkeman tidak terjadi. bagaimana bisa sungkeman dilakukan jika sambil berdiri, bersalaman mengucapkan permohonan maaf serta pandangan mata ke arah objek lain. Jadi orang yang dimintai maaf merasa disepelekan, tangan bersalaman minta maaf, tetapi terasa hambar hanya sekedar ritual tidak ada rasa saling memaafkan dari lubuk hati.belum lagi kawula muda bersalaman dengan gaya ngepop khas anak muda. Ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja namun di pelosok desa juga terjadi  pergeseran nilai-nilai dan keagungan sungkeman itu. Pada hal perjuangan agar sampai di rumah saudara tidak mudah, tenaga, dan dana tidak sedikit digunakan agar sampai tujuan. Lalu hikmah sakral silaturakhmi Idul Fitri bisakah didapat?
Baju baru, makanan-makanan lezat. Opor ayam bagi mereka yang menyediakan untuk tetamu, untuk menu yang satu ini makin tidak diminati karena masakan berbahan daging ayam sudah tidak semenarik seperti waktu berpuluh tahun lalu. Daging ayam selalu ada ketika dos kajatan dibuka.Untungnya ada yang spesial dalam pengalaman silaturakhmi tahun ini, manakala tuan rumah bukan menyajikan opor ayam dengan kuah santal mantap lezat. Tetapi dengan oseng-oseng ikan wader hasil mancing sendiri dari anak sungai bengawan solo. Kesederhanaan penyajian, kesahajaan menu yang dilengkapi sambal tomat terasa nikmat tiada tara.
Nilai-nilai silaturakhmi khas tradisi jawa berkarakter kedesaan ketika mudik di desa. Nuansa desa dengan aroma bau khas jerami busuk atau bau sengak kotoran beberapa hewan masih dirasa. Bukan mudik di desa dengan cita rasa kota, kastangel,  pastel, brownis apa lagi, harusnya tidak menggantikan tape ketan atau jadah. Pembangunan boleh dilakukan di mana saja asal tidak meninggalkan kecirikhasan pedesaan, suasana pedesaan selalu dirindukan. Pemudik dan tuan rumah masing-masing menjunjung tinggi nilai silaturakhmi. Pemudik datang dengan niat silaturakhmi dan tuan rumah menyambut tamu ala kadarnya,dan  apa adanya,  tentu akan bernilai lebih serta menjauhkan pamer kekuatan dan jauh dari riya. Sehingga esensi silaturakhmi Idul Fitri terpelihara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar