Totok Suharto

Totok Suharto

Senin, 13 Januari 2014

puisi-puisi




mencintaimu

Ikhlas mencintaimu
seperti lebah memberi madu tanpa minta ditunjukan tempat taman bunga
seperti debu ditiup angin tanpa dia memberi tahu membuatnya tiada
seperti air mengalir ke sungai tanpa bertanya kemana dia bermuara
seperti hujan membasahi bumi tanpa takut kehabisan awan

ikhlas mencintaimu
seperti matahari memberi kehangatan tanpa memintamu memijarkan apinya
seperti ombak bergulung tanpa menghitung gelombang
seperti udara yang terhirup tanpa membuatmu berhutang
seperti tanah yang terinjak tanpa teriak kesakitan


sunyi daun
daun-daun luruh
melesap  meninggalkan luka
sendiri di bumi menunggu mati




burung-burung pleci

dengan  sisa kegagahan  dikibaskannya sayap
dalam satu gerakan isyarat  berberharap cinta sejati
sang pleci tak cukup sekali gacor bernyanyi
dituntaskan persenggamaan  nyayi suci sang istri 
dalam malam birahi berselimut wajah lain
nan semu

dari dahan matanya melihat sarangnya tak lagi indah
didekati burung  pleci  penggugah gairah
didengar  kicaunya sebuah lagu surgawi
merdu merayu dalam kasmaran hati
matanya garang dia terbang pergi
tak dihiraukan  tembang sang istri

dengan sisa keindahan bulu dikibaskannya sayap
dalam erotik gerak bulu yang mulai memutih
ngidang memuncak birahi tanpa letih
dipuaskan nafsu yang membuncah
dengan rakus melahap. tak perduli
sesama pleci satu birahi

dari dahan  dilihatnya senja makin mengembang
pleci sang petualang terbang pulang kekandang 
ditemukan istri  terinveksi,  mati
menghadap pada yang menjadikannya dia ada
tak ada sisa-sisa cinta
sang pleci  disergap pilu dan sunyi

Cerita tentang burung
Senja di barat masih merah
Di dahan nan anggun  lagu damai terdengar mengalun
Hidup rukun dalam sarang yang dibangun bertahun
Bersama anak istri tericinta

Senja di barat masih merah
Di dahan lain burung jantan berceloteh gagah
Dengan sisa-sisa kewibawaan dikibaskan sayap yang mulai kelabu
Dengan Bulu-bulu yang tak lagi berwarna jelaga
ditinggalkan cerita  cinta  berbalur semu
lalu, terbang melintas kesejatian

Senja di barat masih merah
Dari dahan nan indah ditinggalkan cinta berbingkai semu
Dari dahan nan indah  nyanyi anak istri terdengar tak lagi merdu
Ditutup rapat kedua kuping, mereka tetap terbang melayang
membalut dosa di sisa keperkasaan

Senja di barat masih merah
Di dahan belantara entah berantah
Tak seorang pun tahu
Istrinya tak tahu
Anaknya tak tahu
Sahabatnya juga tak tahu
mereka pun tak tahu   
ada cinta yang keliru

Senja di barat masih merah
Sekawan burung terbang pulang kekandang
Setelah lelah mengumpulkan bekal menghadap ilahi
di dahan masih ada sisa-sisa cinta
matanya ragu disergap pilu