Totok Suharto

Totok Suharto

Sabtu, 15 Maret 2014

Parijoto si cantik dari Muria



PARIJOTO TANAMAN BERKHASIAT
DARI GUNUNG MURIA

   
Kingdom             : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom       :Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio        : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio                  :Magnoliophyta (berbunga)
Kelas                    :Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas             :Rosidae
Ordo                    :Myrtales
Familia                :Melastomataceae
Genus                  :Medinella
Spesies                 :Medinella speciosa L.

Ciri fisik :
Merupakan tanaman perdu, tegak, tinggi 1-2 meter, berdaun tunggal panjang 10-20 cm.
Ekologi dan penyebaran :
Merupakan tumbuhan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan dan kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai 2.300 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan November-Januari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei.

Selain di lereng Gunung Muria parijoto juga terdapatdi lereng Ungaran,di daerah dataran tinggi Dieng yaitu di daerah Gunung Perahu,  Pegunungan Pakuwojo,dan  Pegunungan Nganjir

Bagian yang digunakan :
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
Khasiat dan kegunaan:
Obat sariawan : buah parijoto segar sebanyak 5 gr dicuci bersih kemudian ditumbuk halus dan dilarutkan dalam 100ml air matang. Gunakan untuk berkumur-kumur, sisanya bisa diminum.
Obat diare : daun parijoto segar sebanyak 20 gr dicuci bersih, direbus dengan 400ml air sampai mendidih selama 15 menit kemudian disaring. Setelah dingin diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
Pengin punya anak cantik/tampan ? Tidak ada salahnya kalau anda mencoba buah parijoto dari Gunung Muria.

Parijoto membuat anak lahir cantik


Kalo kita berwisata ke Gunung Muria akan kita temukan sesuatu yang unik disana. Akan banyak kita jumpai pedagang yang menawarkan buah yang tidak terdapat ditempat lain yaitu parijoto. Parijoto merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter, berdaun tunggal  berbentuk lonjong  dengan panjang 10-20 cm, bisa juga dijadikan tanaman bunga karena mudah tumbuh dan tidak memerlukan perawatan khusus. 

Tanaman ini tumbuh di wilayah pegunungan  dengan ketingian 800 – 2300 m dari pemukaan laut serta memiliki kelembaban udara dan tanah berhumus tinggi. Nama latinnya adalah  “Medinella speciosa L.” Dikalangan masyarakat pedesaan (terutama yang berada di wilayah dataran tinggi), Parijoto terkenal akan manfaatnya yang sangat beragam. Selain ampuh sebagai obat sariawan, tanaman ini juga terbukti mampu menanggulangi penyakit diare dan sangat dianjurkan bagi ibu hamil.
Dari hasil uji ilmiah ternyata buah parijoto memiliki kandungan bahan kimia saponin,  kardenolin dan flavonoid sedangkan  daunnya mengandung tanin. Dengan unsur-unsur senyawa yang terdapat di dalamnya, buah parijoto memang sangat baik jika dikonsumsi oleh ibu hamil. Flavanoid  sendiri  merupakan senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit kanker.
Parijoto yang masih muda  buahnya berwarna  merah muda, sedangkan kalau sudah tua/masak akan berwarna ungu kemerahan. Buah parijoto rasanya agak sepet, bisa dimakan langsung atau  dirujak untuk mengurangi rasa sepetnya.
Bagi ibu-ibu yang sedang hamil buah ini dipercayai bisa membuat bayi  yang dilahirkan nantinya akan memiliki paras yang rupawan karena itu buah ini banyak dicari. Hal ini bermula dari suatu cerita bahwa pada zaman dulu ada seorang ibu muda yang sedang hamil datang ke Sunan Muria. Ia meminta agar  bayi yang dikandungnya bila lahir kelak diberi kesehatan dan keselamatan serta mempunyai paras yang cantik/elok atau tampan. Sunan Muria kemudian memetik buah parijoto yang banyak terdapat di lereng  Gunung Muria dan memberikannya kepada ibu muda yang sedang hamil tersebut. Selang beberapa waktu ibu muda tersebut melahirkan bayi yang sangat rupawan. Hingga akhirnya berita tentang buah parijoto yang berasal dari Gunung Muria berkhasiat untuk ibu hamil pun menyebar luas dan dipercaya hingga sekarang.
                Parijoto biasanya mulai berbuah antara bulan Maret hingga Mei. Satu tangkai kecil Parijoto biasa dijual seharga Rp 5.000 , kalau  setangkai agak besar harganya  Rp 10.000 , sedangkan satu ikatnya seharga Rp. 20.000,- terang Muti’ah pedagang asal Desa Japan yang sudah berjualan selama lebih dari sepuluh tahun dan biasa buka dari jam 08.30 - 17.00 sore. Ini tergantung juga dengan kepandaian kita dalam menawar. 


Sumber:
1.      http://larazwaty.blogspot.com/p/kota-kudus.html
2.      http://muriastudies.umk.ac.id/?page_id=468

Tidak ada komentar:

Posting Komentar